Laman

Sabtu, 22 Mei 2010

Raja Ampat, Metamorfosa "Indonesia Mini"

Melalui Festival Bahari Raja Ampat, di Pantai Waisai Tercinta, Papua Barat, 3-5 Mei. Memanfaatkan momentum hari jadi ke-7 Kabupaten Raja Ampat, pemerintah daerah tersebut menyajikan pesona laut beserta 610 pulau-pulau kecil di atas kepala burung daratan Papua. Sebagai sebuah "mahkota", Raja Ampat "menyihir" dunia dengan keindahan alam yang tiada tara. Tokoh adat menjelaskan asal-muasal terjadinya Raja Ampat yang melekat dalam cerita rakyat. Pada suatu hari di Teluk Kabui terdapat sepasang suami-istri pergi ke hutan untuk mencari makanan. Pada saat tiba di sungai Waikeo, para peladang itu menemukan enam butir telur naga yang berada di noken (tas perempuan dari anyaman akar-akaran) dan suatu malam mereka mendapati lima telur telah menetas. Dari semuanya keluar bayi berpakaian halus. Telur itu menetas menjadi empat laki-laki dan satu perempuan. Dari kakinya yang halus, diketahui mereka adalah keturunan raja. Empat anak lelaki tersebut diberi nama War(menjadi raja di Waigeo), Betani (menjadi raja di Salawati), Dohar (menjadi raja di Batanta atau Lilinta) dan Mohammad (menjadi raja di Misool atau Waigama), serta anak perempuan diberi nama Pintolee.

Kekayaan alam dan tradisi Raja Ampat layak disebut Indonesia mini karena keragaman alam, kemajemukan agama dan kepercayaan, serta suku yang dimilikinya. Daerah yang terdiri dari Raja Ampat yaitu wilayah Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Inilah habitus berkolaborasi masyarakat asli suku Maya, Wauyai, Matbat, Ambelwaren, Laganyan, Syam, Tepin Renkrin, Fyawat, Kawe, Bantana, dan suku Matlau, dengan suku pendatang biak-Numfor Papua dan Seram-Halmahera-Ternate-Tidore-Maluku. Tradisi dan adat budaya Biak-Numfor sangat mempengaruhi masyarakat Raja Ampat di pulai bagian tengah. Adapun tradisi muslim melekat pada masyarakat Pulau Misool.

Festival Raja Ampat adalah evolusi tradisi lokal menjadi sebuah atraksi. Raja Ampat Yusdi Lamatenggo berjanji akam menyempurnakan festival berbiaya besar ini-Rp 2,5 miliar dengan 3000-an pengunjung yang hadir pada acara serupa tahun depan.

Untuk mencapai kawasan Raja Ampat, kita bisa menggunakan perjalanan udara dari Jakarta ke Sorong dapat ditempuh dengan pesawat Express, Batavia Air, Lion Air atau Merpati Air selama sekitar lima jam. Setelah sampai Sorong tersedia kapal cepat (Marina Express) dan feri yang melayani penumpang dari Sorong ke ibu kota Kabupaten Raja Ampat dengan menempuh perjalanan 2,5 jam.

Bagi para penyelam, disinilah ikan manta-ray berukuran lebar lebih dari dua meter bisa dilihat dari dekat. Juga mamalia paus sebesar empat meter. Pesona itulah yang menarik minat para turis dari Amerika, Eropa, dan Asia.


SUMBER : KOMPAS, SABTU, 22 MEI 2010

Tidak ada komentar: